Ini adalah adalah artikel saya yang pertama pada saat saya
mulai untuk belajar membuat blog,terus terang saya buta sama sekali dengan
masalah dan cara pembuatan blog,saat akan memulai membuat blog saya harus
jungkir balik mencari informasi di internet,motivasi saya membuat blog adaya
lah keinginan tahuan bagaimana caranya mendapatkan informasi yang seluas
luasnya dengan biaya yang kecil atau kalau perlu gratis,dan juga memberi
informasi untuk orang lain.
Hobby saya sejak kecil adalah membaca ,mulai dari surat
kabar,majalah,buletin,komik tidak ada yang saya lewatkan jelas hal ini
membutuhkan biaya yang tidak kecil,kemudian berkembanglah informasi dari
internet,hanya sayangnya saya gaptek jadi jelas saya mengalami kesulitan dan
untungnya saya orang yang nekat sehingga walaupun dengan cara trial and error
akhirnya saya mampu melakukan browsing
dan membuat email .Keberhasilan tersebut membuat saya semakin berani dan :)
bersemangat dan hasilnya inilah blog
pertama saya.......mohon jangan ditertawakan......dan mohon bimbingan dari para
ahli dan blogger yang sudah senior he..he..he.......!
Mari kita akan masuk ke topik yang ingin saya sampaikan
,yaitu masalah lingkungan hidup yang kita cita citakan yaitu lingkungan hidup
yang bersih,sehat dan hijau namun tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Sudah kita ketahui bersama bahwa lingkungan hidup tidak
terlepas dari masalah pengelolaan sampah (
lingkungan hidup dalam skala kecil) dan untuk memulainya harus kita
lakukan dimulai dari sampah rumah tangga di lingkungan kampung kita atau tempat
tinggal kita.
Bagaimana caranya ? Mari kita lihat salah satu contoh
pengelolaan sampah di kota Bogor yang telah berhasil dengan cara membentuk
Pokja. Bagaimana mereka mengelola sampah yang tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi
sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis dan membuat lingkungan menjadi lebih
bersih dan juga mensejahterakan masyarakat disekitarnya.Bukankah cara yang
sederhana ini patut kita tiru ?? Dengan
adanya swadaya masyarakat yang demikian seharus Pemerintah lebih peduli lagi
dengan Lingkungan hidup dinegara kita yang pada saat ini sedang mengalami
masalah dikarenakan kurang disiplinnya masyarakat dan kurang tegasnya
Pemerintah dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Mengelola Sampah Rumah Tangga di Perkampungan
Kota Bogor:
Masalah sampah adalah masalah semua orang, termasuk di kota
Bogor. Warga seringkali membuang sampah sembarangan yang menyebabkan
penyumbatan aliran sungai dan ih akhirnya dapat menyebabkan banjir. Kondisi ini
mendorong Pak Djajat, anggota Dewan kota Bogor, untuk mengelola sampah warga di
RW setempat. Kira-kira pertengahan tahun 2007, Pak Djajat dan Pak Wawan
mengadakan diskusi tentang pengelolaan sampah warga. Mengelola sampah sebenarnya tidak terlalu
sulit, yang lebih sulit adalah memberikan pemahaman kepada warga untuk mengelola
sampah .
Dengan dorongan Pak Djajat, akhirnya warga setempat sepakat
untuk membentuk semacam pokja pengelolaan sampah. Pada awalnya mereka akan
membuat kompos dari sampah organik. Selanjutnya kompos ini dapat dimanfaatkan
untuk tanaman atau dijual ke tukang tanaman hias. Tempat yang mereka pilih
adalah sebidang tanah kosong yang biasa digunakan warga untuk membuang sampah.
Mereka membangun saung sederhana dengan empat kotak kecil tempat membuat
kompos. Kotak-kotak dibuat dari pagar bambu. Luas saung ini kira-kira kurang
dari 10 m2. Di sebelah saung itu ada tempat penampungan dan tempat sortasi
sampah. Sampah-sampah dari setiap Rumah tangga dikumpulkan dengan menggunakan
gerobak sampah ke tempat tersebut.
Sampah warga sama seperti sampah-sampah kota pada umumnya.
Sampah ini bercampur antara sampah organik dengan sampah non organik. Warga
belum memiliki kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah
non organik. Sampah-sampah ini dikumpulkan setiap dua hari sekali oleh petugas
sampah. Sampah non organik yang paling banyak adalah sampah plastik. sampah dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok sampah.
A. Sampah Organik
Bisa Didaur Ulang: kertas, kardus, koran, majalah, dsb.
B. Sampah Organik
Tak Bisa Didaur Ulang: sisa makanan, daun, sisa sayuran.
C. Sampah
Non-organik Bisa Didaur Ulang: logam (besi, alumunium, tembaga), botol,
bekas botol minuman, kaleng, plastik, kaca, dsb.
D. Sampah Non-organik
Tak Bisa Didaur Ulang: plastik yang tidak bisa diaur ulang, baterai
bekas, dsb.
Sampah-sampah yang bisa didaur ulang baik organik maupun
non-organik bisa dijual. Saat ini sudah ada pengepul barang-barang bekas yang
datang ke lokasi pengelolaan sampah ini. Dalam satu minggu minimal mereka bisa
mendapatkan dana tambahan Rp. 50.000 dari barang bekas daur ulang ini. Satu
bulan berarti kira-kira Rp. 200.000. Jumlah ini justru lebih tinggi nilainya
daripada pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Sedangkan sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang
seharusnya dibakar. Namun, saat ini mereka belum memiliki incinerator untuk
membakar sampah. Jika sampah ini dibakar langsung akan diprotes warga, karena
asapnya ke mana-mana dan masuk ke rumah-rumah warga. Dengan incinerator,
cerobong bisa dibuat tinggi sehingga asap bisa langsung ke udara. Selain itu
pembakaran bisa berlangsung sempurna dan mengurangi pencemaran udara.
Sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos dapat diolah
lagi menjadi pupuk organik untuk dijual. Atau digunakan sendiri untuk menanam
tanaman hias, tanaman apotik hidup, atau tanaman sayuran/buah-buahan.
Proses pengolahan
sampah secara sederhana adalah sebagai berikut :
A. Pengumpulan
Sampah Warga
Sampah warga dikumpulkan dari rumah ke rumah yang seluruhnya
terdiri dari Rumah tangga. Sampah ini dikumpulkan oleh petugas yang khusus
setiap 2 hari sekali dengan menggunakan gerobak sampah. Sampah-sampah ini
dikumpulkan di tempat penampungan sementara. Petugas yang terdiri dari dua
orang bekerja dari pagi sampah menjelang siang.
B. Sortasi Sampah
Di tempat penampungan sampah, sampah-sampah ini disortasi.
Ada dua petugas lagi yang bekerja untuk melakukan sortasi sampah ini.
Sampah-sampah yang bisa didaur ulang dikumpulkan dan dibersihkan dari sampah
yang lain. Sampah-sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang juga
dipisahkan tersendiri. Sedangkan sampah organik yang tidak bisa didaur ulang
dipisahkan untuk diolah menjadi kompos. Ada beberapa sampah organik yang tidak
ikut dikomposkan, yaitu: kayu, bambu, tulang, dan tanduk. Sampah-sampah ini
bisa dikomposkan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga tidak
sesuai jika dicampurkan dengan sampah organik yang lain. Selain itu jumlah
sampah ini tidak terlalu banyak.
Sortasi sampah merupakan bagian yang cukup rumit. Banyak
makan waktu dan tenaga. Pak Djajat memberi saran pada para pengelola untuk mulai
mengajak warga memisahkan sampah organik dan nin organik sejak dari
rumah-rumah. Hal ini perlu penyadaran yang terus menerus, mungkin perlu waktu
lama tetapi harus dimulai sejak dari sekarang. Mungkin sebagai perangsang bisa
dengan memberikan reward bagi warga yang mau memisahkan sampahnya. Rewardnya
tidak perlu mahal-mahal, misalnya warga yang mau memisahkan sampahnya diberi
hadiah tanaman hias atau tanaman-tanaman yang lain. :)
Sumber Diambil dari Internet: Pengelolaan Sampah dikota Bogor,Ds.Gn.Batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar