Selasa, 21 Agustus 2012


Ini adalah adalah artikel saya yang pertama pada saat saya mulai untuk belajar membuat blog,terus terang saya buta sama sekali dengan masalah dan cara pembuatan blog,saat akan memulai membuat blog saya harus jungkir balik mencari informasi di internet,motivasi saya membuat blog adaya lah keinginan tahuan bagaimana caranya mendapatkan informasi yang seluas luasnya dengan biaya yang kecil atau kalau perlu gratis,dan juga memberi informasi untuk orang lain.
Hobby saya sejak kecil adalah membaca ,mulai dari surat kabar,majalah,buletin,komik tidak ada yang saya lewatkan jelas hal ini membutuhkan biaya yang tidak kecil,kemudian berkembanglah informasi dari internet,hanya sayangnya saya gaptek jadi jelas saya mengalami kesulitan dan untungnya saya orang yang nekat sehingga walaupun dengan cara trial and error akhirnya saya mampu melakukan browsing dan membuat email .Keberhasilan tersebut membuat saya semakin berani dan :) bersemangat  dan hasilnya inilah blog pertama saya.......mohon jangan ditertawakan......dan mohon bimbingan dari para ahli dan blogger yang sudah senior he..he..he.......!
Mari kita akan masuk ke topik yang ingin saya sampaikan ,yaitu masalah lingkungan hidup yang kita cita citakan yaitu lingkungan hidup yang bersih,sehat dan hijau namun tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Sudah kita ketahui bersama bahwa lingkungan hidup tidak terlepas dari masalah pengelolaan sampah ( lingkungan hidup dalam skala kecil) dan untuk memulainya harus kita lakukan dimulai dari sampah rumah tangga di lingkungan kampung kita atau tempat tinggal kita.

 
Bagaimana caranya ? Mari kita lihat salah satu contoh pengelolaan sampah di kota Bogor yang telah berhasil dengan cara membentuk Pokja. Bagaimana mereka mengelola sampah yang tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis dan membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan juga mensejahterakan masyarakat disekitarnya.Bukankah cara yang sederhana ini patut kita tiru ??  Dengan adanya swadaya masyarakat yang demikian seharus Pemerintah lebih peduli lagi dengan Lingkungan hidup dinegara kita yang pada saat ini sedang mengalami masalah dikarenakan kurang disiplinnya masyarakat dan kurang tegasnya Pemerintah dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Mengelola Sampah Rumah Tangga di Perkampungan Kota Bogor:
Masalah sampah adalah masalah semua orang, termasuk di kota Bogor. Warga seringkali membuang sampah sembarangan yang menyebabkan penyumbatan aliran sungai dan ih akhirnya dapat menyebabkan banjir. Kondisi ini mendorong Pak Djajat, anggota Dewan kota Bogor, untuk mengelola sampah warga di RW setempat. Kira-kira pertengahan tahun 2007, Pak Djajat dan Pak Wawan mengadakan diskusi tentang pengelolaan sampah warga.  Mengelola sampah sebenarnya tidak terlalu sulit, yang lebih sulit adalah memberikan pemahaman kepada warga untuk mengelola sampah .
Dengan dorongan Pak Djajat, akhirnya warga setempat sepakat untuk membentuk semacam pokja pengelolaan sampah. Pada awalnya mereka akan membuat kompos dari sampah organik. Selanjutnya kompos ini dapat dimanfaatkan untuk tanaman atau dijual ke tukang tanaman hias. Tempat yang mereka pilih adalah sebidang tanah kosong yang biasa digunakan warga untuk membuang sampah. Mereka membangun saung sederhana dengan empat kotak kecil tempat membuat kompos. Kotak-kotak dibuat dari pagar bambu. Luas saung ini kira-kira kurang dari 10 m2. Di sebelah saung itu ada tempat penampungan dan tempat sortasi sampah. Sampah-sampah dari setiap Rumah tangga dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah ke tempat tersebut.
Sampah warga sama seperti sampah-sampah kota pada umumnya. Sampah ini bercampur antara sampah organik dengan sampah non organik. Warga belum memiliki kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik. Sampah-sampah ini dikumpulkan setiap dua hari sekali oleh petugas sampah. Sampah non organik yang paling banyak adalah sampah plastik.  sampah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok sampah.
A. Sampah Organik Bisa Didaur Ulang: kertas, kardus, koran, majalah, dsb.
B. Sampah Organik Tak Bisa Didaur Ulang: sisa makanan, daun, sisa sayuran.
C. Sampah Non-organik Bisa Didaur Ulang: logam (besi, alumunium, tembaga), botol, bekas botol minuman, kaleng, plastik, kaca, dsb.
D. Sampah Non-organik Tak Bisa Didaur Ulang: plastik yang tidak bisa diaur ulang, baterai bekas, dsb.
Sampah-sampah yang bisa didaur ulang baik organik maupun non-organik bisa dijual. Saat ini sudah ada pengepul barang-barang bekas yang datang ke lokasi pengelolaan sampah ini. Dalam satu minggu minimal mereka bisa mendapatkan dana tambahan Rp. 50.000 dari barang bekas daur ulang ini. Satu bulan berarti kira-kira Rp. 200.000. Jumlah ini justru lebih tinggi nilainya daripada pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Sedangkan sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang seharusnya dibakar. Namun, saat ini mereka belum memiliki incinerator untuk membakar sampah. Jika sampah ini dibakar langsung akan diprotes warga, karena asapnya ke mana-mana dan masuk ke rumah-rumah warga. Dengan incinerator, cerobong bisa dibuat tinggi sehingga asap bisa langsung ke udara. Selain itu pembakaran bisa berlangsung sempurna dan mengurangi pencemaran udara.
Sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos dapat diolah lagi menjadi pupuk organik untuk dijual. Atau digunakan sendiri untuk menanam tanaman hias, tanaman apotik hidup, atau tanaman sayuran/buah-buahan.
Proses pengolahan sampah secara sederhana adalah sebagai berikut :
A. Pengumpulan Sampah Warga
Sampah warga dikumpulkan dari rumah ke rumah yang seluruhnya terdiri dari Rumah tangga. Sampah ini dikumpulkan oleh petugas yang khusus setiap 2 hari sekali dengan menggunakan gerobak sampah. Sampah-sampah ini dikumpulkan di tempat penampungan sementara. Petugas yang terdiri dari dua orang bekerja dari pagi sampah menjelang siang.
B. Sortasi Sampah
Di tempat penampungan sampah, sampah-sampah ini disortasi. Ada dua petugas lagi yang bekerja untuk melakukan sortasi sampah ini. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang dikumpulkan dan dibersihkan dari sampah yang lain. Sampah-sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang juga dipisahkan tersendiri. Sedangkan sampah organik yang tidak bisa didaur ulang dipisahkan untuk diolah menjadi kompos. Ada beberapa sampah organik yang tidak ikut dikomposkan, yaitu: kayu, bambu, tulang, dan tanduk. Sampah-sampah ini bisa dikomposkan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga tidak sesuai jika dicampurkan dengan sampah organik yang lain. Selain itu jumlah sampah ini tidak terlalu banyak.
Sortasi sampah merupakan bagian yang cukup rumit. Banyak makan waktu dan tenaga. Pak Djajat  memberi saran pada para pengelola untuk mulai mengajak warga memisahkan sampah organik dan nin organik sejak dari rumah-rumah. Hal ini perlu penyadaran yang terus menerus, mungkin perlu waktu lama tetapi harus dimulai sejak dari sekarang. Mungkin sebagai perangsang bisa dengan memberikan reward bagi warga yang mau memisahkan sampahnya. Rewardnya tidak perlu mahal-mahal, misalnya warga yang mau memisahkan sampahnya diberi hadiah tanaman hias atau tanaman-tanaman yang lain. :)
Sumber  Diambil dari Internet:  Pengelolaan Sampah dikota Bogor,Ds.Gn.Batu.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar